Selasa, 15 November 2016

Gambaran Muram Pendidikan


Pendidikan memegang hal terpenting untuk kemajuan di Negara ini, karena dengan pendidikan manusia di dunia  ini memilki talenta untuk menghadapi dunia luar. Pendidikan memainkan peran yang sangat strategis. Pendidikan memberi banyak peluang untuk meningkatkan mutu kehidupan. Dengan pendidikan yang baik, potensi kemanusiaan yang begitu kaya pada diri seseorang dapat terus dikembangkan. Pada tingkat sosial, pendidikan dapat mengantarkan seseorang pada pencapaian dan strata sosial yang lebih baik. Secara akumulatif, pendidikan dapat membuat suatu masyarakat lebih beradab. Dengan demikian, pendidikan, dalam pengertian yang luas, berperan sangat penting dalam proses transformasi individu dan masyarakat.
Pendidikan di Indonesia masih terjerambab dalam beragam permasalahan. Upaya-upaya perbaikan dari pemerintah Indonesia hanya mampu menyentuh aspek struktural dan operasional seperti halnya perancangan kurikulum baru dan sertifikasi guru. Tentunya ini menimbulkan sebuah pertanyaan, apakah semua upaya yang dilakukan oleh pemerintah ini berarti bagi pendidikan di Indonesia?.
Keadaan yang terjadi dalam dunia pendidikan ini menimbulkan penurunan kasta pendidikan menjadi pengajaran yang menjadikan capaian kognitif-akademik sebagai output tunggal. Guru hanya berperan sebagai operator pengetahuan,  tugasnya tidak lain adalah memproyeksikan pengetahuan. Proses belajar hanya sebatas menerima, mencatat, menghafal dan mengerjakan soal-soal. Hal ini menyebabkan pendidikan di Indonesia menjadi apa yang disebutkan oleh Freire yaitu “pendidikan gaya banking”.
Pendidikan kita adalah pendidikan yang berorientasi pada konsumsi pengetahuan kurang focus pada bagaimana pengetahuan diproduksi. Data empiric yang menunjukkan bahwa pendidikan kita lebih lebih banyak merupakan konsumsi pengetahuan, sebagai berikut:


1.      Pendidikan berorientasi pada pengajaran
Output pendidikan formal yang ada di Indonesia ini menghasilkan produk yang sama di setiap lulusan. Misalnya pendikan di tingkat SMA, baik mereka yang berasa jurusan IPA, IPS maupun Bahasa mereka memilki potensi yangm sama. Mengapa hal tersebut terjadi, karena ouput pendidikan di Indonesia ini sudah terlanjur di standarisasi oleh pemerintah.

2.      Verbalisme pendidikan
Di dunia pendidikan di Indonesia ini masih banyak yang menggunakan metode ceramah dalam proses belajar mengajarnya. Hal ini membuat siswa dalam belajar hanya mendengar, mencatat, dan menghafal. Misalnya saja, dalam matematika siswa terkadang banyak yang hanya menghafal rumus namun mereka tidak mengetahui dari mana rumus tersebut ditemukan. Hal ini yang menyebabkan siswa lebih cenderung menghafal daripada memahami.

3.      Pengetahuan yang terbirokratisasi
Seperti yang telah dijelaskan diatas bahwa pendidikan di Indonesia ini sudah di standarisasi oleh standar kompetensi, kompetensi dasar, indicator, materi pokok, dan alokasi wantu secara sistematik. Dan biasanya di sekolah siswa diberikan buku-buku pelajaran yang sudah di standarisasi oleh pemerintah, dan akhirnya siswa tidak berfikir untuk mengeksplor pengetahuannya dengan mencari sumber-sumber lain. Siswa selalu mendewakan buku.

4.      Ruang refleksi terbatas
Ruang reflekdi yang dimiliki siswa sebatas hanya dialog guru dan siswa. Selayaknya guru menempatkan siswa sebagai subjek yang mempunyai kebebasan untuk mengembangkan pertanyaan  yang mengarah pada “kemengapaan”. Hal ini menyebabkan siswa tidak berfikir kritis dan siswa hanya mengikuti apa yang diberikan oleg guru saja.
            Berdasarkan uraian tersebut, masalah yang teridentifikasi adalah proses pendidikan/pembelajaran masih menunjukkan :
1.      Guru masih mempunyai peran sentral dalam pemebelajaran;
2.      Siswa memperoleh pengetahuan hanya menghafal saja bukan memahami;
3.      Pengetahuan bersifat konsumtif daripada memproduksi pengetahuan, karena siswa hanya berpaku hanya satu buku mata pelajaran saja.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar